Rabu, 16 Maret 2016

Menjelajah Amsterdam Si Kota Kanal nan Binal

Perjalanan itu dimulai dari pagi, rencana telah tersusun rapi, tujuannya mengelilingi kota ini. Dari stasiun Amsterdam Centraal saya dan teman berjalan ke timur menuju Oosterdokskade disitulah MacBike itu, tempat penyewaan sepeda untuk mengelilingi kota ini. Sebenarnya banyak penyedia layanan sepeda di kota ini anda bisa searching di internet, entah mengapa kami memilih MacBike, mungkin karena harganya yang relatif terjangkau dan lokasinya yang dekat dengan stasiun dan lamannya mudah dipahami. 

MacBike di Oosterdokskade
Hari menunjukkan jam 12 ketika beberapa turis ikut antri di meja pelayanan. Harga sewanya hanya 9 euro untuk 6 jam dengan jaminan KTP Belanda dan deposit 50 euro. Ada juga yang 12 dan 24 jam tapi sepertinya ngga deh, kami pikir 6 jam saja sudah cukup mengelilingi kota ini. Berbagai sepeda disewakan ada yang handbrake dan pedal brake. Karena kota ini ramai, saya pikir lebih nyaman dengan handbrake yang lebih simple digunakan di lalu lintas yang ramai.

Di pinggiran Oosterdok
Moolen De Goyer
Sepeda kami pilih setelah pengalaman di Berlin yang melelahkan, mengelilingi kota dengan berjalan kaki ternyata lumayan pegal. Setelah urusan sewa sepeda kelar, kami langsung memacu sepeda menuju timur melewati Oosterdok dengan kapal jaman kunonya lalu melewati Museum Maritime menuju ke Moolen De Gooyer, itu adalah tempat penggilingan tua menggunakan kincir sebagai penggeraknya.
Heineken Museum
 Ah... hari sudah siang sudah waktu masuknya shalat dzuhur, saatnya mencari masjid. Info dari map turis yang kami dapatkan dari MacBike ada banyak masjid di kota ini. Jadilah kami menuju masjid yang terdekat di daerah Dappermarkt, namun tak berhasil ditemukan. Kami akhirnya shalat dzuhur di Moskee Alkabir di jalan Weesperzijde 75 disisi sungai Amstel. Seperti kebanyakan masjid baru di kota-kota besar di Eropa, dari luar tak nampak bangunan ruko besar dengan dua pintu kayu coklat itu adalah masjid, disebelahnya ada toko yang dikelola pedagang muslim, sepertinya dari toko orang Turki.
Rijkmuseum


Stedelijk Museum


Museum Van Gogh
Gedung Concertgebouw

Selepas shalat perjalanan kami lanjutkan menuju Rijkmuseum, melintas di keramaian orang yang lalu lalang. Di kawasan ini juga ada Van Gogh Museum dan Stedelijk Museum Amsterdam kami tak masuk tak kan cukup waktu. Niat ingin berfoto di 'I Amsterdam' kami urungkan setelah melihat ratusan orang berebutan berfoto disana. Mungkin lain kali saya pikir di tempat yang lain. Kami terus bersepeda menuju Vondelpark melewati gedung Concertgebouw, berkeliling sejenak di taman kota yang luas itu lalu berhenti untuk makan siang. Di taman itu banyak orang yang bersepeda dan berolahraga.

Perjalanan kami lanjutkan menuju utara membelah kanal kanal Amsterdam, hari menjelang sore, lalu lintas pejalan kaki semakin ramai, entah mereka turis atau pekerja yang pulang. Di kanal itu banyak boat-boat panjang mengangkut para turis menjelajahi kanal dengan label wisata kanal berkeliling kota dengan kapal.
Amsterdam Canal
Wisata kanal dengan boat
Tujuan kami selanjutnya adalah Dam Square, salah satu ikon kota ini, sebuah lapangan yang tidak terlalu luas berada di antara Royal Palace Amsterdam dan National Monumen. Disitu juga ada museum patung lilin Madame Tussauds. Banyak sekali wisatawan yang berbaris antri untuk masuk ke museum sore itu tapi masih kalah dengan ratusan orang yang lalu lalang di simpang jalan Dam itu, kawasan ini semakit terlihat kacau dengan padatnya lalu lintas kendaraan, bergantian dengan pergerakan orang, sepeda dan tram.


Royal Palace
National Monumen
Madame Tussauds
Hari menjelang senja, namun para pejalan kaki masih menyesaki jalan-jalan kota ini saat kami melintasi Damstraat menuju kawasan binal, Red Light District. Saat itu belum ada para 'pemain' yang mejeng di etalase sepanjang kawasan itu, mungkin baru buka malam hari. Kawasan itu dibelah kanal Ouderzijds Achterburgwal, selain etalase tempat 'pemain' beraksi, kawasan itu juga terdapat toko yang penjual mainan seks, pertunjukan seks, dan museum seks, lengkap sudah. 

Kanal Ouderzidjs Achterburgwal
Tempat hiburan di Redlight District
Live show di kawasan Red Light
Kami bergegas kembali ke penyewaan sepeda, karena waktu sewa sudah hampir habis. Setelah mengembalikan sepeda, kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju utara stasiun Amsterdam Centraal. Kami menaiki kapal penyeberangan dari dermaga Veer Centraal Station menuju ke seberang ke Veer Ijplein. Layanan kapal penyeberangan itu itu gratis, sepeda dan motor bisa ikut naik kapal itu. Waktu itu kami tidak turun dan langsung kembali lagi, oh iya untuk menyeberangi sungai itu dengan kapal penyeberangan hanya membutuhkan waktu 5 menit.

Kapal penyeberangan ke Veer Ijplein
I Amsterdam di sisi Eye Film Institute
Jetty penyeberangan di Veer Centraal station
Senja di kawasan Singel dengan latar gereja Koepelkerk
Kami lalu berjalan ke dermaga Veer Centraal Station sisi utara, ikut mengantri lagi bersama puluhan penumpang yang ingin menyeberang. Kami ingin berfoto di tanda 'I Amsterdam' di seberang sana, lagi pula kapal penyeberangan itu gratis. Ada empat jetty untuk kapal bisa sandar disana namun sore itu hanya 2 yang beroperasi. Kapal itu menuju ke Veer Buiksloterweg. Setelah berfoto di 'I Amsterdam' di sisi gedung Eye Film Institute itu kami kembali lagi ke Veer Centraal Station. Perjalanan menjelajahi kota Amsterdam diakhiri dengan jajan ikan haring di daerah Singel.


Tram di kota Amsterdam
Masjid Fatih Amsterdam
Sekembalinya dari paris kami masih menghabiskan waktu siang di Amsterdam, mencari tas dan oleh-oleh, lalu shalat di Islamitische Stichting Nederland Fatih Amsterdam itu di jalan Rozengracht, sama seperti di Groningen, masjid itu dulunya adalah gereja namun sekarang beralih menjadi masjid setelah dibeli komunitas Turki tahun1981. Itu adalah akhir perjalanan kami hari itu dan bersiap kembali ke Groningen.

Cabut Bungsu

Saya baru tahu ada gigi yg baru tumbuh saat sudah kita dewasa. Gigi bungsu namanya. Letaknya paling belakang.  Dulu saya sering menghitung j...