Jumat, 03 Januari 2020

Lewoleba-Kupang


Ini ketiga kalinya saya ke Nusa Tenggara Timur. Kali ini rutenya ke Kupang lalu ke Lewoleba. Dari Kupang ke Lewoleba harus lewat Larantuka. Sebenarnya ada yang langsung. Pilihannya naik pesawat atau kapal feri yang butuh 12 jam sampai. Namun pesawat penuh. Karena harus segera, terpaksa kami lewat Larantuka. Penerbangan hanya 50 menit menggunakan pesawat ATR. Dari Bandara Larantuka kami langsung naik taksi ke pelabuhan. Supir taksi pun sudah tahu kami mengejar kapal feri pagi ke Lewoleba. Tiba di pelabuhan kapal masih menaikkan penumpang dan barang. Belasan motor tersusun rapi di haluan kapal. Saya memilih bersantai di samping kiri anjungan memperhatikan jernihnya air laut. Itu adalah sebuah kapal feri kayu tradisional. Geladaknya ada dua. Ada pula kapal feri modern atau kapal cepat. Sejam sampai. Namun jadwalnya pukul 11.00 WITA.

Kapal berangkat pukul 08.00 WITA. Perjalanan dengan kapal dari Larantuka ke Lewoleba ditempuh selama 3 jam. Itu sudah termasuk mampir di Waiwerang. Kapal melaju dengan tenang. Membelah laut pagi yang tampak seperti cermin. Perbukitan Pulau Adonara dengan Gunung Ile Boleng-nya menjadi pemandangan menarik selama perjalanan. Di tengah pelayaran, awak kapal memungut ongkos, Larantuka-Lewoleba kena Rp50ribu.

Pulau Adonara

Sekitar pukul 09.30 WITA, kapal tiba di Pelabuhan Waiwerang. Penumpang turun dan naik bergantian. Menggunakan sebuah papan kayu. Begitu pun bocah penjaja makanan. Mereka berebut naik menawarkan dagangannya. Beberapa motor di haluan kapal dinaikkan ke dermaga. Diangkat oleh tiga orang. Setelah menunggu setengah jam, kapal melanjutkan pelayarannya.

Naik turun penumpang di Waiwerang
Kapal terus melaju ke timur, memotong Selat Boleng. Satu setengah jam perjalanan, kapal tiba di Lewoleba. Pelabuhan ini terletak di Teluk Leba-Leba dan masuk ke dalam wilayah Kabupaten Lembata. Sebuah daerah pemekaran baru. Sebagai daerah baru, pemerintah mencoba mengembangkan potensi yang dimiliki daerah ini. Kebanyakan masyarakat di sana bekerja sebagai tenaga kerja Indonesia di luar negeri.

Setelah menyelesaikan tugas, kami kembali ke Kupang. Kali ini langsung dari bandar udara Wunopito, Lembata menuju El Tari dengan pesawat ATR 42.

Di Kupang kali ini saya menikmati masakan laut yang segar. Saya menginap di Aston yang di seberangnya ada pasar ikan Kelapa Lima. Ada belasan lapak pedagang ikan di sana. Hanya ada ikan, cumi, dan udang. Tanpa nasi. Kita bisa memilih ikannya dan dapat langsung dibakar oleh penjualnya.

Pasar Malam Solor
Selain Kelapa Lima, ada pula Pasar Ikan Malam Solor. Sebuah pusat kuliner hidangan laut kaki lima yang hanya buka malam hari. Pasar ini terletak di jalan Kosasih. Para pedagang memajang ikan di depan warungnya. Jika di Kelapa Lima hanya bisa dibakar, di sini anda dapat memilih mau dimasak apa. Menunya lebih beragam. Dari ikan yang mati sekali.



Cabut Bungsu

Saya baru tahu ada gigi yg baru tumbuh saat sudah kita dewasa. Gigi bungsu namanya. Letaknya paling belakang.  Dulu saya sering menghitung j...