Selasa, 02 Juli 2019

Iktikaf Semalam di Masjid Istiqlal



Saya mau merasakan iktikaf di Istiqlal. Malam ke 23 Ramadan. Pulang pukul 17.00 WIB, dari kantor di kawasan monas saya jalan kaki ke Istiqlal. Di kantor tadi saya sudah berganti kaos lengan panjang. Suasana halaman masjid terbesar di Asia Tenggara itu belum terlalu ramai. Para pedagang baru membuka lapak. Saya mampir membeli camilan dan air minum untuk buka puasa. Harganya sih di atas rata-rata. Jadi lain kali mending beli di luar. Sepatu saya masukkan ke kantung plastik yang saya bawa. Di depan pintu banyak penjual kantung plastik. Saya pergi berwudu untuk salat sunah. Menjelang berbuka ada tausiah. Saya lebih memilih membaca Alquran di ponsel. Panitia Ramadan mengumumkan ada nasi kotak untuk buka puasa sekitar 3000-4000. Itu sumbangan dari orang.

Azan Magrib berkumandang. Saya tidak ikut buka puasa bersama di pelataran masjid karena tahun sebelumnya sudah pernah ikut. Setelah buka puasa lalu dilanjutkan dengan Salat Magrib. Ada sekitar 10 saf waktu itu. Saya lihat banyak rombongan jamaah dari jauh dengan tas ukuran besar iktikaf. Mungkin mereka mengjar malam Lailatul Qadr di malam ganjil. Setelah salat saya ke seberang Stasiun Juanda untuk makan malam di warung padang. Nasinya lumayan keras. Setelah makan saya kembali ke masjid untuk persiapan Salat Isya. Jamaah yang hadir sedikit lebih banyak dari saat Magrib. Setelah Salat Isya dilanjutkan tausiah lalu Salat Tarawih. Tarawihnya dua trip. Pertama untuk 11 rakaat. Selesai itu 23 rakaat. Trip kedua itu jamaahnya hanya 3 saf. Sbeagian jamaah memilih membaca Alquran sementara sebagian lainnya tidur-tiduran.

Selesai Salat Tarawih panitia mengadakan kegiatan belajar membaca Alquran. Tak lebih dari 50 orang yang ikut. Saya kembali melanjutkan membaca Alquran hingga pukul 22.00 WIB. Setelah itu saya mencari tempat yang agak hangat di tengah-tengah masjid untuk istirahat tidur sejenak. Di pinggir masjid terlalu dingin, angin dari luar cukup kencang. Setelah berupaya memejamkan mata selama 2 jam, sekitar tengah malam, panitia membangunkan para jamaah yang beristirahat di bagian tengah masjid. Waktu itu persiapan Salat Qiyamullail. Saya berwudu lagi. Sebelum salat ada tausiah dari Ustaz Nazaruddin Umar. Jamaah salat bertambah dua kali lipat, mungkin lebih 2000 orang. Panitia kembali mengingatkan hanya tersedia 1500 nasi kotak untuk makan sahur. Panitia juga menyampaikan hasil tromol sumbangan jamaah malam kemarin sebesar Rp18juta. Sekitar pukul 02.30 WIB salat dimulai. Saat rakaat ke delapan saya mengundurkan diri dari barisan lalu pergi ke warung padang seberang Stasiun Juanda untuk sahur. Saya kurang tahu berapa rakaat salat Qiyamullail itu. Di pelataran masjid tampak para jamaah makan sahur. Banyak pedagang kaki lima. Ada juga yang sama seperti saya, sahur di warung padang. Sekitar pukul 03.30 WIB setelah sahur saya kembali ke masjid lalu bersih-bersih di tempat wudu.

Sekitar pukul 04.30 WIB, Salat Subuh dimulai. Setelah Salat Subuh mata saya terasa perih karena tidak tidur. Saya memilih untuk tidur sebentar di pelataran masjid bersama jamaah lainnya. Pukul 06.30 WIB, saya berangkat ke kantor. Begitulah pengalaman iktikaf semalam di Istiqlal. Semoga Allah mengizinkan kita semua bertemu Ramadan tahun depan. Dan iktikaf di 10 malam terakhir. Lagi. Aamiin.

Pertama Kali Mudik Dengan ANT

Kendaraan: All New Terios (ANT)
Asal: Bogor
Tujuan: Bengkulu
Jarak: 800km via lintas barat menyusuri pesisir Lampung
Penumpang: 4 dewasa dan 3 anak

Ini adalah pengalaman mudik pertama dengan kendaraan pribadi. Sudah 3 tahun tidak pulang ke Bengkulu. Tahun ini sudah rindu sangat. Kami berangkat sehabis Isya sekitar pukul 20.00 WIB dengan bahan bakar pertalite penuh di tangki. Ruang kaki penumpang tengah dan belakang penuh dengan barang. Di atasnya dialasi bed cover dan dijadikan tempat tidur. Bagasi belakang berisi koper besar dan kardus oleh-oleh. Dari Bogor hingga Merak lewat jalan tol. Karena saya masih belum berani dengan mobil baru ini, saya memacu ANT tidak lebih dari 120km/jam. Selama di tol saya lihat konsumsi BBM bisa mencapai 18 km/l

Tiba di Merak pukul 00.00 WIB, kami langsung mengantre di pelabuhan eksekutif. Sayang, kartu BCA Flazz yang sudah saya isi tak berguna. Kartu itu belum masuk dalam sistem pembayaran tiket ASDP. Terpaksa tunai Rp579ribu. Kapal feri di dermaga eksekutif ada setiap jam. Kami harus menunggu hingga 2 jam baru naik ke kapal Port Link karena panjangnya antrian mobil. Kapalnya besar. Ruang penumpangnya nyaman. Penumpang penuh hingga lesehan di lantai. Maklum lagi mudik.

Setelah berlayar selama 1,5 jam, sekitar pukul 03.30 WIB, mobil turun dari kapal dan langsung masuk ke tol Bakauheni. Sempat antre 500 m di gerbang tol, mobil berhenti sebentar di pinggir tol. Adek saya yang ganti menyetir ngantuk tak tertahan. Sejak di kapal saya sudah berusaha untuk tidur tapi tidak bisa. Saya putuskan untuk mengemudi lagi. Mobil keluar tol di Bandar Lampung. Lalu mampir shalat Subuh di Masjid Ad-Dua. Pukul 06.00 WIB, kami meneruskan perjalanan melewati Pesawaran lalu terus ke Kota Agung. Kami hanya berhenti tiga kali untuk jajan, buang air, dan mengisi BBM hingga penuh.

Pukul 09.00 WIB, kami mulai masuk ke wilayah Bengkunat membelah Bukit Barisan Selatan, Mulai tanjakan curam dan turunan tajam. Jalanannya lumayan bagus. Sebelum masuk Krui, kami berhenti di pinggir pantai di daerah Ngaras untuk makan siang. Sekitar satu jam kami istirahat. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan melewati Krui menyusuri pantai barat Lampung. Pukul 14.30 WIB, kami sudah masuk ke wilayah Bengkulu dan sempat mengisi BBM hingga penuh. Saya sempat merasakan pandangan depan pengemudi terhalang pilar kanan ketika berbelok di tikungan kanan. Saya coba menyesuaikan, namun tetap sulit. Saya harus memajukan kepala atau mendekatkan ke jendela untuk bisa melihat kendaraan lain dari depan di tikungan.

Beberapa titik jalan di Bengkulu rusak. Saat tiba di Manna sudah malam hari. Kondisi hujan deras memaksa kami harus berhati-hati. Beberapa kali ban mobil masuk ke lubang. Lampu LED utama tak sanggup menembus derasnya hujan. Lampu kabut juga tidak banyak membantu. Kaca film Clear KcF1 depan menyulitkan pandangan malam jika ada sinar lampu kendaraan lain dari depan. Sinar lampu langsung mengaburkan pandangan.

Menjelang masuk Kota Bengkulu hujan reda. Karena suhu udara luar lebih dingin, kaca depan sering berembun. Saya set temperatur AC di 28 *C dengan putaran blower satu agar tak kedinginan. Kami tiba di rumah orang tua pukul 21.00 WIB. Total ODO di MID saya lihat 843 km. Konsumsi rata-rata 13,5 km/l. Ketika mengisi BBM hingga penuh lagi, saya telah menghabiskan Rp530rb.

Cabut Bungsu

Saya baru tahu ada gigi yg baru tumbuh saat sudah kita dewasa. Gigi bungsu namanya. Letaknya paling belakang.  Dulu saya sering menghitung j...