Kamis, 22 November 2018

Babe Servis Kipas Angin

Belum genap setahun. Kipas di ruang tengah itu kini rusak, tak berputar. Dua minggu sebelumnya tanda-tanda kerusakan itu sudah muncul. Pemutar didalamnya patah dan putaran kipasnya mulai tersendat. Kipas itu kubawa ke tukang servis langganan. Sayang kiosnya sekarang sudah tutup. Aku mampir di kios sebelahnya, tempat servis peralatan kerja. Kutanya apakah bisa memperbaiki kipas, lelaki muda di tempat servis itu menjawab tak bisa. "Itu di seberang jalan raya ada!" katanya mencoba meyakinkanku.

Aku langsung bergegas ke seberang jalan raya. Dari seberang jalan yang terhalang rerimbunan pohon kulihat ada kios memajang berbagai peralatan listrik. Kios servis itu sudah buka pagi itu. Kupacu sepeda motorku lalu memutar di jalan dua jalur menuju seberang jalan. Saat sampai di sana kuperhatikan kios servis itu memajang kipas angin, blender, mixer, dan di dalamnya tersusun bebragai suku cadang. Kios itu kosong, kusapu pandangan mencari anak muda si tukang servis di dalam kios berukuran 2,5 x 2,5 meter itu. Hanya ada lelaki tua yang sedang sibuk di warung makan yang masih tutup tepat di sebelah kios.

"Mau apa?"tanyanya. Kupastikan lelaki tua itu tukang servisnya. "Bisa betulin kipas angin?" tanyaku ragu. "Bisa!" jawabnya pelan. Kuambil kipas angin dari motorku. Kutaruh di atas bangku kayu di hadapan lelaki tua itu. Kuberitahukan kerusakannya, patahan di dalamnya. Dengan percaya diri dia katakan bisa memperbaikinya. Lelaki tua itu menunjuk kipas dan patahannya. "Ini 50, ini 25, semua 75" jelasnya menunjukkan tarif servisnya. Aku masih bengong bertanya dalam hati. Nih orang main langsung kasih harga aja, diperiksa dulu kek apa rusaknya. "Sore ya diambil" sahutnya lagi dengan akses betawinya sembari aku menerka-nerka apa benar dia bisa memperbaikinya.

Setahuku menggulung ulang lilitan dinamo itu paling tidak butuh 1 harian. Tapi lagak lelaki tua seperti sudah ahli. Memang banyak peralatan listrik di kiosnya saat itu. Kusapu pandanganku di dalam kiosnya mencari gulungan motor listrik yang mungkin sedang dikerjakan, untuk meyakinkanku ia bisa memperbaikinya, tapi tak ketemu. Ah mungkin ia kerjakan di rumahnya bersama orang yang ahli. Baiklah saya percaya, mungkin lelaki tua itu hanya penjaga kios. "Sore tutup jam berapa?" tanyaku. "Habis ashar lah" jawabnya. "Kalau minggu buka?" tanyaku lagi khawatir aku tak terlewat sore nanti. "Buka terus" jawabnya meyakinkanku.

Habis ashar aku kembali ke kios itu untuk mengambil kipasnya. Itu sudah hampir pukul empat sore. Cuaca mendung seakan hendak hujan. Kios itu sudah tutup ketika aku tiba.  Pintunya digembok dari luar. Kupastikan benar-benar telah tutup dan lelaki tua itu telah tak disitu lalu aku pulang. "Mungkin ia sedang ada urusan" pikirku. Keseokan pagi aku kembali. Kipasku diletakkan di meja kerjanya. Dihidupkannya. Kipas itu hidup. Aku tes dengan tombol kecepatan berbeda dan bekerja bagus. Aku puas meski tetap ragu bagaimana ia memperbaikinya. Ah biarkan saja. yang penting kipasku hidup kembali. Maaf Babe aku meragukanmu.

Cabut Bungsu

Saya baru tahu ada gigi yg baru tumbuh saat sudah kita dewasa. Gigi bungsu namanya. Letaknya paling belakang.  Dulu saya sering menghitung j...