Jumat, 20 Mei 2016

Giethorn: Berwisata ke Desa Kanal di Belanda


Mengisi waktu setelah ujian, di akhir pekan bulan April 2016 kami memutuskan untuk berwisata ke desa kanal di Belanda, namanya Giethorn. Ada yang bilang desa ini adalah Venice-nya Belanda. Dari Groningen kami berangkat pagi, perjalanan dengan kereta tujuan stasiun Steenwijk memakan waktu 1,5 jam. Karena tidak ada kereta langsung dari Groningen maka kami harus transit dulu di Zwolle, dari situ baru kami lanjut ganti kereta ke stasiun Steenwijk. Memang desa ini salah satu tujuan wisatawan mancanegara, buktinya di lobi stasiun Steenwijk ini kami sudah disambut iklan biro perjalanan wisata ke desa Giethorn beserta paket yang ditawarkan. Jarang kami temui di Belanda ini ada iklan wisata di lobi stasiun.
Perahu kecil dengan kapasitas 5 hingga 6 orang
Kapal wisata
Untuk menuju Giethorn, dari stasiun kami berjalan ke terminal bus, itu tak jauh, di Belanda ini semua terintegrasi dengan baik, stasiun dan terminal bus itu selalu berdampingan, seperti sudah ditakdirkan. Kami naik bus nomor 70 dan turun di halte Dominee Hylkemaweg. Karena jadwal bus ke kawasan ini setiap satu jam sekali, baiknya anda yang ingin berkunjung kemari harus betul-betul memperhatikan jadwal bus tersebut, baik berangkat maupun pulang. Bersama kami pagi itu tampak beberapa wisatawan dari China, mereka juga mau ke Giethorn. Sampai disana suasana masih sepi, kami langsung mampir ke salah satu tempat penyewaan perahu. Itu merupakan tempat penyewaan kapal pertama yang langsung dan mudah ditemui jika masuk ke desa Giethorn, mungkin itu yang paling besar. Seorang pemuda yang berjaga disitu menawarkan paket yang mereka miliki. Pertama, wisata dengan kapal besar dengan kapasitas sekitar 30 orang, tarifnya 6,5 euro perorang. Yang kedua, wisata dengan perahu kecil, pas buat kami berenam, tarifnya 22,5 euro per-perahu. Kami pilih yang kedua, dan saya sebagai Kaptennya.
Tempat penyewaan perahu di dalam desa
Perahu menjadi sarana yang menarik untuk mengelilingi desa
Perahu itu terbuat dari pelat stainlees steel di-cat merah, tenaga penggerak adalah baterai, kemudinya seperti setir mobil, telegrap maju mundur ada di samping kanan kemudi. Sepertinya tenaga penggerak kapal-kapal disini semuanya dari baterai, bahkan kapal yang besar. Mengemudikan perahu kecil ini? tak masalah, gampang pikir saya, saya sering lihat yang seperti ini di Indonesia. Oleh petugas jaga kami diberikan peta perjalanan, banyak sekali jalurnya bahkan harus melewati danau yang luas Bovenwijde. Setelah mendengar penjelasan singkat oleh petugasnya mengenai cara mengoperasikan perahu dan rute yang harus dilalui, perjalanan mengelilingi desa Giethorn dengan perahu dimulai. Di sisi kanal menuju desa tampak beberapa usaha penyewaan perahu wisata dan restoran. Tampak ada berbagai model perahu yang disewakan, semuanya bertenaga penggerak baterai listrik. Saran saya, bagi anda yang ingin mencoba menyewa perahu kecil, baiknya menyewa di penyewaan yang ada di dalam desa karena tarifnya lebih murah.
Museum di Giethorn
Toko souvenir
Kami mulai mengitari desa melalui kanal-kanal selebar 4 meter, sisi kanal dibatasi kayu sehingga tak perlu khawatir jika menabrak lagi pula kecepatan perahu hanya sedang saja walau sudah ditaruh di posisi full speed. Lalu lintas di kanal buat memutar searah jarum jam untuk menghindari tabrakan antar perahu. Rumah-rumah di desa ini dipisahkan oleh kanal dan hanya tersedia jalan setapak di desa ini, di dalam desa tidak ada jalan raya, Rumah-rumah yang terpisah dari jalan setapak desa oleh kanal dibuatkan jembatan melengkung sehingga kapal bisa tetap lewat di bawahnya. Jumlah rumah di desa ini tak banyak, saya pikir tak lebih dari 100 rumah. Perjalanan mengelilingi desa membawa kami ke danau Bovenwijde, dari ombak yang tenang di kanal, kami harus merasakan gelombang hembusan angin pagi itu, syukurnya tidak terlalu kencang, kami sedikit khawatir karena tidak dibekali pelampung tadi, tapi kami dengar kedalaman danau itu hanya 1 meter, entahlah kami tak mencobanya.
Antara rumah juga dibatasi kanal
Kanal membelah desa
Tepat satu jam sesuai waktu sewa, kami selesai mengelilingi desa Giethorn dengan perahu. Setelah kembali ke penyewaan menambatkan perahu ditempat semula, selanjutnya kami menikmati makan siang di sisi kanal sembari memperhatikan lalu lalang perahu pengunjung yang mulai ramai siang itu. Mereka para wisatawan menyewa perahu bersama keluarga, teman, pasangan kekasih, dan ada juga yang sendiri. Selesai makan siang kami meneruskan berkeliling di dalam desa dengan berjalan kaki. Kami singgah di toko souvenir untuk belanja, saya hanya membeli gantungan kunci. Kami juga melewati Museumboerderij'tOlde Maat Uus namun tak tertarik untuk masuk. Di dalam desa, beberapa restoran mulai ramai siang itu. Bagi anda yang ingin menjelajah lebih jauh di kawasan ini terdapat penyewaan sepeda juga disini, tapi kami lihat tak banyak yang menggunakan sepeda, meskipun jalurnya tersedia, wisatawan siang itu lebih banyak yang berjalan kaki. Puas berjalan di desa dan menunggu jadwal bus, kami memutuskan untuk menikmati secangkir kopi di salah satu kedai warga di sana sebelum memutuskan kembali ke Groningen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cabut Bungsu

Saya baru tahu ada gigi yg baru tumbuh saat sudah kita dewasa. Gigi bungsu namanya. Letaknya paling belakang.  Dulu saya sering menghitung j...