Selasa, 07 Juni 2016

Kisah Masinis di Empat Kapal Singapura

Ah puasa gini enaknya istirahat menunggu buka puasa. Tapi tiba-tiba saya ingin menulis kisah. Cerita tentang Saya dulu yang pernah bekerja di kapal sebagai masinis. 


Saya lulus dari Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang pada Mei 2006. Setelah sempat menganggur beberapa bulan sembari keliling mencari kerja di Jakarta dan Batam, akhirnya sebuah perusahaan Singapura Megaports Shipmanagement memanggil saya untuk bekerja di kapal mereka. Itu adalah bulan November 2006. Saya diplot sebagai Junior cadet, tak masalah bagi saya yang memang masih kurang pengalaman ini. Kapal pertama saya adalah MT. Star Orion. Kapal tanker class III ber-DWT sekitar 6000an ton berbendera Singapura dengan klas Nippon Kaiji Kyokai. Waktu itu saya naik di WPA Singapura bersama 2 orang Oiler. Saat naik, kapal sedang bunker minyak dan perbekalan. Nakhodanya orang Korea Selatan, sudah tua,  umurnya 72 tahun. Chief Engineernya senior saya angkatan 25, Rihat Hotman, sedangkan Masinis I senior saya angkatan 32, M. Arif Pramono. Di atas kapal sudah bergabung duluan teman se-angkatan saya, Achmad Wisnu. Alhamdulillah mereka semua membantu saya dalam proses awal adaptasi kehidupan di atas kapal waktu itu.

MT. Star Orion di Pontianak
Loading cargo dari tonkang di Pontianak
Pelayaran perdana saya dari Singapura menuju Belitung untuk memuat cargo CPO. Dari Belitung kapal berlayar ke pelabuhan bongkar di Johor Baru. Setelah itu kapal ke Bintulu, Malaysia juga memuat CPO untuk dibawa ke Nabhe, Vietnam. Selama awal-awak di Star Orion semua baik baik saja, kecuali ombak di akhir tahun. Saya sampai muntah kuning dibuatnya, saat itu kapal melewati selat Karimata hendak ke Bintulu, properti di kamar saya berantakan semua, jika badai begitu saya hanya bisa rebahan sambil pegangan di tempat tidur, untungnya badai hanya satu malam. Setelahnya, mungkin hanya sebulan sekali kami menghadapi ekor badai di laut China Selatan sana. Jika sudah begitu nafsu selera makan saya langsung hilang, hanya makan mie mentah dan lebih banyak diam.

Gugusan pulau sebelum memasuki pelabuhan Cailan di Halong, Vietnam
Pasar apung di Nabhe
Pelabuhan Nabhe, Vietnam
Selain orang Indonesia dan Korea selatan, anak buah kapal juga ada orang Myanmar, kami memanggilnya manusia sarung. Karena di negaranya sarungan itu seperti pakai batik di Indonesia. Mungkin di belakang kami mereka panggil orang Indonesia manusia Batikan. Saya tak paham bahasa Myanmar, yang saya tahu mereka senang mengunyah daun sirih, seperti orang-orang tua di kampung.  Beberapa pelabuhan yang sering kami singgahi selain Singapura adalah Johor Baru dan Bintulu (Malaysia),  Belitung, Pontianak, Pasang Kayu, Kuala Tanjung, Dumai, Palembang (Indonesia), Nabhe, Cailan (Vietnam), Saigon (Myanmar) dan satu pelabuhan di Kamboja yang saya lupa namanya. Tapi yang jelas di Indonesia itu semua pelabuhan muat CPO dan sejenisnya, sama juga di Bintulu kami  memuat CPO, di Singapura kami memuat Gasoline atau Kerosene dan sejenisnya, sementara Vietnam, Myanmar, dan Kamboja jadi pelabuhan bongkar.

Pabrik CPO di Kuala Tanjung, Sumatera Utara
Sandar di Mariana, Palembang
Suasana kota Yangon
Gelombang tinggi di laut
Saat bekerja di Control Room
Pengalaman yang paling berkesan di beberapa pelabuhan tadi adalah sistem barter dengan pedagang di pelosok Indonesia. Hal biasa yang bakal ditemui kapal-kapal yang masuk ke pelosok Indonesia. Di Pasang Kayu, Sulawesi Barat kami barter dengan penduduk setempat, mereka membawa ayam, kambing dan buah buahan. Di Pontianak kami barter ikan. Sedang di vietnam kami bisa barter buah-buahan dan pakaian.

Perbaikan bagian haluan di dok Singapura
Pengalaman lainnya waktu di Star Orion adalah kami mengalami tubrukan. Ketika itu dinihari, kapal sedang berlabuh di West OPL Singapura, saya sedang dinas di kamar mesin, cuaca buruk memaksa Kapten untuk bergerak menghindari tubrukan dengan kapal lain yang juga berlabuh di sekitar kapal. Namun, sayang ketika olah gerak, kapal kami menabrak haluan kapal lain. Akhirnya Star Orion terpaksa masuk dok untuk perbaikan. Tapi ini jadi kesempatan kami jalan-jalan di Singapura. Sewaktu terakhir saya turun dari kapal bulan September 2007, Nakhodanya sudah berganti meski tetap dijabat oleh orang Korea. Chief Engineernya juga senior angkatan 15, Dwi Edi Sutantoro. Senior yang cukup tegas namun dia baik. Dia yang mempromosikan saya jadi Masinis III. Bersamanya tiap malam Jumat di atas kapal kami yasinan bersama. Bersamanya juga kami memperbaiki kapal ini, bulan bulan pertama dia bergabung, hampir semua permesinan kami overhaul. Kamar mesin dibuat bersih. Semuanya berjalan lancar, hanya pompa kargo saja yang terus menerus bermasalah. Di kapal ini saya bertemu Masinis I yang sudah tua, seharusnya ia sudah istiraha dan bermain bersama cucunya di rumah. Melihatnya saat itu saya mulai berpikir untuk suatu saat saya akan kerja di darat, sebagai apa saja.

MT. Ocean Sky saat dok di Bangkok
Jalan-jalan ke menara kembar Petronas, Kuala Lumpur
Ho Chi Minh City
Kapal kedua saya adalah MT. Ocean Sky masih di perusahaan yang sama Megaports. Kapalnya hampir seukuran Star Orion, klasnya sama yaitu NK, benderanya juga Singapura, dibangun tahun 1984, setahun lebih muda dari umur saya. Sama seperti Star Orion, mesin induknya 2 tak dan dioperasikan dari kamar mesin. Disini saya menjabat sebagai Masinis II. Kapten dan Chief Engineernya dari Ujung Pandang, hanya saya sendiri dari Semarang, tapi kami tetap kompak. Chief Supartani orangnya santai namun dia lugas dan pintar, dia orang Palopo. Sama seperti Star Orion, kapal ini juga memuat kargo CPO, Sterin, Gasoline, HSD. Pelabuhan yang disinggahi Selain Singapura yaitu Port Klang, Penang, Sungai Udang, Kelantan, Lahad Datu (Malaysia) Jambi, Dumai, Padang, Belinyu, Belitung (Indonesia), Nabhe, Binhduong (Vietnam) Bangkok (Thailand).

Kapal dok di Asia Marine, Bangkok
Ocean Sky sandar di Pelabuhan Johor Baru
Pelabuhan Lahad Datu, Malaysia
Pelabuhan Belinyu, Bangka Belitung
Pengalaman yang paling berkesan di kapal ini adalah kesempatan ikut dok. Waktu itu kapal melakukan dok besar di Bangkok, pokoknya kapal waktu itu dibongkar habis, semua yang keropos diganti baru, hampir sebulan. Puaslah saya jalan-jalan di Bangkok, tapi jalannya hanya malam hari karena siangnya tetap bekerja. Saya turun dari kapal ini sekitar bulan September 2008 di Teluk Bayur, Chief Supartani yang membantu saya, saat itu saya mengejar pendaftaran sekolah ATT-II di Semarang, dan harus segera ke Semarang, beruntung saya masih bisa mendaftar waktu itu.
Perawatan mesin induk kapal
Kapal saya yang ketiga adalah MT. Sinar Tokyo milik Samudera Indonesia. DWTnya hanya 2000an, dengan mesin 4 tak dan sistem telegraph dari anjungan. Saya tertarik gabung di kapal ini karena lebih sering beroperasi di Indonesia, dan juga ada teman seangkatan saya Ricco Wiliyan. Sinar Tokyo adalah kapal chemical tanker kelas I, hampir semua kargo bisa dibawa kapal ini. Bahkan saya lupa kargo apa saja yang dibawa. Saat itu kapal lebih sering mengangkut Gasoline, HSD dan Alcohol atau apa saya lupa. Pelabuhannya antara lain Singapura, Lahad Datu, Bintulu, Kuantan (Malaysia), Merak, Gresik, Samarinda, Tanjung Uban, Matak, Belawan (Indonesia), dan Thailand saya lupa nama pelabuhannya, sepertinya bukan di Bangkok. Saya begitu suka kapal ini, buatan Jepang asli tahun 2004, kapalnya begitu kompak, dari desain hingga pengoperasian. Pengalaman yang menarik dikapal ini adalah mengunjungi Matak, Kepulauan Natuna dan menghadapi badai di Laut China Selatan. Saat itu kapal dari Bintulu menuju ke Thailand, sekitar 3 hari kapal di hantam badai, kecepatan kapal yang biasanya 14 knot jadi hanya 6 knot. Hanya 5 bulan saya disini. Perusahaan memerintahkan saya untuk pindah di MV. Sinar Bima.
Port Klang
Singapura 
Sinar Bima sandar di Keppel, Singapura
Kapal melakukan sedikit perbaikan di bagian lambung kanan 
Pelabuhan Keppel, Singapura 
Pemuatan kontainer ke atas kapal
MV. Sinar Bima adalah kapal terakhir saya, masih milik Samudera Indonesia, berbendera Singapura dengan DWT 13000an panjang 148 meter dibangun tahun 2008 di China. Ini adalah kapal kontainer, meski lebih besar dari kapal-kapal saya sebelumnya, kapal ini lebih santai. Kerja di kapal tanker harus siap sedia menghadapi berbagai inspeksi, dari pelabuhan, pencharter, dari flag state. Beda di kapal kontainer, semua itu tidak terlalu. Meski buatan China, sebagian peralatannya ada yang dari Eropa terutama elektroniknya, klas kapal ini Germanisher Lloyd (GL). Lebih canggih dari kapal-kapal sebelumnya. Start engine saja pakai touch screen, generatornya auto start dan stop. Meski didesain untuk UMS namun berapa kontrol mesin sudah dimodifikasi sehingga tetap harus awak mesin di kontrol room. Selain itu banyak peralatan yang sudah tidak difungsikan, kapal buatan China kurang bagus. Sistem telegraph dari anjungan dengan Controllable Pitch Propeller, daun baling-balingnya bisa digerakkan.

Kota Yangon
Pagoda di kota Yangon
Sinar Bima di pelabuhan Asia World, Yangon.
Selama di kapal ini  pelabuhan yang paling banyak disinggahi ada 3 pelabuhan yaitu Singapura, Port Klang, dan Yangon, sebulan bisa 3 kali. Sisanya hanya satu kali ke Semarang, Bangladesh dan Kalkuta. Kapal ini agak rewel di bagian permesinannya, karena terdapat shaft generator, ketika terjadi masalah dengan mesin induk kapal otomatis langsung blackout. Saya selalu disibukkan dengan Boiler-nya. Seringkali terjadi gagal bakar, entah apa sebabnya, padahal saringan bahan bakar sudah berulangkali dibersihkan, bahkan saya ganti nozzle-nya dengan yang baru tetap saja tak mau menyala. Sampai saya turun masalahnya tidak terpecahkan walau Chief Engineer juga turun tangan. entahlah buatan China ini.

Pelabuhan Kalkuta, India
Latihan keselamatan
Engine control room MV. Sinar Bima
Di kapal ini saya bertemu dengan mbah senior Bas Wid angkatan 2, Masinis I nya juga senior Angkatan 32 mas Haryadi Arifin. Tidak lama Chiefnya di ganti, juga senior angkatan 17, Indradi Hari. Orangnya pintar dan tangkas, saya suka gayanya. Bulan Agustus 2010, saya menyelesaikan kontrak setahun lebih, saya turun di Singapura dan kembali ke Indonesia.

Selama saya di kapal saya bertemu dengan berbagai macam karakter orang dan syukurnya saya bisa bergaul dengan semua, dari aki-aki hingga anak muda seumuran adik saya. Akhirnya, bulan Agustus 2010 merupakan terakhir kalinya saya bekerja di kapal. Cuti dari kapal malah membawa saya bergabung ke Kementerian Perhubungan lagi, bukan sebagai taruna, tapi sebagai PNS di KNKT.

2 komentar:

Cabut Bungsu

Saya baru tahu ada gigi yg baru tumbuh saat sudah kita dewasa. Gigi bungsu namanya. Letaknya paling belakang.  Dulu saya sering menghitung j...