Rabu, 27 Mei 2020

Lebaran Korona



Tidak ada yang menyangka. Pandemi ini begitu hebatnya. Sampai-sampai saya terpaksa-untuk pertama kalinya-menjadi imam salat Id. Di rumah. Sampai dengan hari ini di Indonesia sudah 22ribu orang dinyatakan positif virus korona. Mungkin jumlah sebenarnya lebih dari itu. Dan setiap hari terus bertambah, sudah lebih dari dua bulan sejak kasus pertama diumumkan. Karena kondisi di lapangan benar-benar berbeda dengan yang dilihat di media atau televisi. Diberlakukannya pembatasan sosial untuk mencegah penyebaran, toh hanya tegas di tempat-tempat tertentu saja. Di pasar, di jalan, di tempat umum masih banyak ditemui pelanggaran.

Bulan lalu saya harus membayar pajak kendaraan. Meskipun pembayarannya bisa dilakukan secara daring, tetapi bukti pajak tetap harus dicetak paling lama sejak pembayaran. Begitu bunyi aturannya. Maka terpaksa saya ke kantor Samsat Kabupaten Bogor. Padahal seharusnya bisa diakomodir secara daring juga. Di Samsat saya lihat ratusan orang sedang mengurus berbagai keperluan. Di pintu masuk, bak cuci tangan dan sabun disediakan. Seorang petugas keamanan memeriksa suhu tubuh setiap orang yang akan masuk. Semua orang harus mengenakan masker. Bangku-bangku di ruang tunggu diberi jarak, sebagian telah ditandai untuk tidak diduduki. Setiap orang dilarang untuk berdiri. Petugas langsung menegur jika terlihat orang-orang berdiri di depan loket. Saya lihat 99% bangku di area tunggu sudah terisi. Sebagian besar orang yang datang ke Samsat masih membayar dan mengurus secara konvensional. Karena pencetakan di loket pembayaran daring hanya beberapa orang yang mengantre. Padahal seharusnya bisa dilakukan secara daring untuk mencegah orang datang dan berkumpul.

Saya tanya teman di Makassar, kondisinya tidak jauh berbeda. Saat Jakarta heboh dengan korona, Makassar masih tenang. Setelah awak kapal penumpang yang melayani rute ke Makassar dan acara keagamaan di Gowa, hingga hari ini Makassar menjadi epicentrum baru penyebaran korona. Acara keagamaan itu diikuti orang-orang dari berbagai daerah hingga orang dari luar negeri. Saat acara itu dibatalkan, sebagai orang-orang itu dipulangkan dengan kapal. Maka tidak heran jika virus ini menyebar kemana-mana. Di kapal, pendingin udara menggunakan pendingin udara sentral. Udara di dalam ruang disirkulasikan kembali melewati pendingin. Bisa dibayangkan bagaimana cepatnya virus  menyebar. Tidak lama setelah itu, kapal-kapal penumpang itu berhenti beroperasi. Sebagian awaknya terjangkit virus. Di Makassar pun sama. Meski diberlakukan pembatasan sosial, kondisi di lapangan tidak banyak berubah. Meski toko dan rumah ibadah diminta untuk tutup. Masih banyak yang nakal dan curi-curi.

Baru-baru ini saya menerima kiriman WhatApps, isinya kira-kira begini: Orang Indonesia itu di luar negeri bisa patuh. Sementara orang asing di Indonesia juga banyak tidak pakai helm atau juga buang sampah sembarangan. Intinya aturan yang sudah dibuat harusnya ditegakkan. Coba lihat sudah berapa banyak orang-orang yang pulang kampung meski sudah dilarang. Maka tak heran di daerah-daerah penyebarannya semakin luas.

Mari lihat di Belanda. Meski tidak ada larangan bepergian di sana. Tetapi berani membuka tempat hiburan, wisata dan olahraga atau sejenisnya didenda 4ribu euro. Tidak menjaga jarak 1,5 meter saja didenda 4ratus euro per orang. Ada satu keluarga didenda karena mereka duduk bersama tanpa menjaga jarak. Tapi meskipun jumlah kasus di Belanda lebih banyak, minggu lalu sekolah di sana sudah mulai buka. Alasannya tentu korona bisa dikendalikan dan tidak ada kasus korona pada anak. Di sana setiap hari sebanyak 30ribu orang dites. Gratis. Jangan tanya di Indonesia. Anda tahu jawabannya.

Maka itu, lebaran ini berbeda. Saya habiskan di rumah. Telepon video dengan keluarga. Tapi sebagian lainnya tetap sama. Pergi ke pasar. Membeli baju baru. Berkumpul bersama. Merayakan kemenangan akan kebebasan dan pelanggaran. Dari korona yang tak terlihat.

Jadi, melihat kondisi di Indonesia, yang sepertinya kita dipaksa untuk masuk ke kenormalan baru. Maka siapkanlah perbekalan. Ubah perilaku. Kalau tidak, bisa-bisa Anda akan tidak akan bertemu lebaran tahun depan. Semoga Allah melindungi kita semua.

Taqoballallahu minna wa minkum...Selamat Hari Raya Idul Fitri 1441H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cabut Bungsu

Saya baru tahu ada gigi yg baru tumbuh saat sudah kita dewasa. Gigi bungsu namanya. Letaknya paling belakang.  Dulu saya sering menghitung j...