Senin, 25 April 2016

Berlin-Hamburg: Dari Mengenang Runtuhnya Tembok Berlin Hingga Kota Pelabuhan


Horeee! Libur tlah tiba. Ini adalah liburan perdana keluar Belanda di akhir tahun 2015 setelah tiga bulan berkutat dengan belajar, belajar dan belajar. Setelah menimang kemanakah tujuan liburan perdana ini, antara Berlin, Brussel, atau Paris, akhirnya saya memilih Berlin, tentu saja tak lain karena saya menemukan tiket yang murah ha ha ha, 'Biasalah wak kami ni cumak mahasiswa, cari yang murah!'. Setelah menimbang-nimbang perbanding-an harga tiket bus, kereta atau pesawat, pilihan akhirnya jatuh ke Flixbus, tujuannya ke dua kota, Berlin dan Hamburg. Dengan Flixbus kami bisa berangkat langsung dari Groningen, tak perlu ke Amsterdam dulu. Saya atur keberangkatan dinihari dari Groningen agar bisa sampai paginya di Berlin lalu berkeliling sampai sore terus langsung ke Hamburg dan bermalam disana, begitulah rencananya.

Berangkat dini hari dengan Flixbus dengan warna hijaunya, bus itu dua tingkat, yang telah terparkir 15 menit di seberang stasiun Groningen sebelum jadwal berangkatnya, di dalamnya. Sebagian besar bangku dengan formasi dua-dua itu sudah terisi, rupanya penumpang bebas menentukan tempat duduknya masing-masing, siapa cepat dia dapat nyaman. Bus berangkat tepat waktu, khas negara maju. Saat memasuki perbatasan Jerman, bus harus berhenti untuk pemeriksaan, dua orang polisi Jerman naik ke atas bus dan memeriksa paspor dan ID penumpang. Mungkin level security Jerman dinaikkan saat itu sehingga ada pemeriksaan segala. Setelah pemeriksaan sekitar setengah jam itu bus lalu jalan kembali. 
Flixbus ke Berlin
Dari Groningen ke Berlin, jikalau tak salah, bus singgah di Odenburg dan Hamburg, beberapa penumpang ada yang turun dan ada juga yang naik. Sekitar pukul 6 pagi bus tiba di terminal bus Berlin Zoologischer Garten. Dari situ perjalanan kami di Berlin dimulai. Kami langsung berjalan ke Utara melewati taman Tiergarten lalu keluar di jalan Str des 17 Juni, hari masih gelap saat itu, keadaan masih sepi, hanya beberapa kendaraan yang melintas saat kami tiba di Victory Column. 
Brandenburg gate di pagi hari
Reichstag Building
Kami sampai di tujuan pertama kami, Brandenburg Gate. Brandenburg gate atau Brandenburg Tor disebutnya dalam bahasa Jerman adalah bekas gerbang kota dan merupakan ikon utama kota ini yang dibangun pada tahun 1788, desain gerbang ini didasarkan pada gerbang masuk Acropolis, di Athena, Yunani, di atasnya terdapat Quadriga-kereta yang ditarik empat ekor kuda. Setelah berfoto di Brandenburg Gate itu lalu kami berjalan 200 meter ke sisi Utara melihat dari luar gedung Reichstag atau gedung parlemen kekaisaran Jerman bersidang. Saat tiba disitu belasan pengunjung sudah terlihat antri untuk masuk ke dalam gedung. Untuk masuk ke situ harus melewati pemeriksaan yang ketat. Beberapa petugas berseragam terlihat sibuk memeriksa pengunjung yang masuk.
Memorial korban Holocaust
Sisa tembok Berlin di kawasan Postdamer Platz
Kami meneruskan perjalanan ke selatan melalui jalan Ebertstraße 21 melewati monumen jutaan korban Holocaust di Eropa. Kami lalu berhenti sejenak di kawasan Postdamer Platz, di simpang situ masih tersisa beberapa bagian tembok Berlin, tembok itu yang mengelilingi Berlin Barat dan menjadi tembok pemisah dengan Berlin Timur. Itu dibangun pada tahun 1961 sepanjang 155 kilometer dan menjadi simbol perang dingin waktu itu. Dari peta yang ada, masih banyak rupanya sisa-sisa tembok yang mulai dirobohkan pada tahun 1989 itu dibiarkan berdiri, tersebar di kota Berlin, terutama di tempat-tempat yang tidak mengganggu, seperti di Postdamer Platz ini, masih berdiri kokoh, bahkan garis di tanah yang menandakan bekas tembok-nya pun dibiarkan terlihat.
Patung Freiherr vom Stein di depan gedung parlemen
Check point charlie
Papan peringatan melewati perbatasan "YOU ARE LEAVING THE AMERICAN SECTOR'
Kami lalu meneruskan perjalanan ke arah Timur melalui jalan Niederkirchnerstraße melewati Abgeordnetenhaus of Berlin-Gedung Parlemen-nya Berlin yang dibangun tahun 1892. Kami tiba di Check point Charlie saat beberapa toko baru saja dibuka pagi itu, dan saya langsung membeli beberapa souvenir di sana. Check point charlie merupakan pintu perbatasan paling terkenal antara Berlin Barat dan Timur. Dulu di masa perang dingin, tank-tank Amerika dan Soviet saling berhadap-hadapan di perbatasan ini. Ini menjadi pintu perlintasan utama untuk diplomat, jurnalis dan pengunjung non-Jerman. Kini kawasan itu menjadi salah satu tujuan wisata di Berlin.
Museum für Kommunikation
Neue Kirche di dekat pasar Gendarmenmarkt
Museum Altes
Di kawasan Schlossbrücke dengan latar Berliner Dom
Di sekitar awasan Karl-Liebknecht-Str dengan Latar Berliner Fernsehturm dan gereja St. Mary's
Dari situ kami berjalan menyusuri jalan Friedrichstraße mampir di Museum Komunikasi menuju ke Utara, mampir sejenak di pasar Gendarmenmarkt terus ke timur menyeberangi sungai Kupfergraben dan berhenti sejenak di Lustgarten menikmati arsitektur Altes Museum dan Berliner Dom. Tampak beberapa orang penjual souvenir di sisi jalan Schloßplatz, mereka menjual pernak pernik tentara Jerman, di atas jembatan sungai Spree itu segerombolan penipu pinggir jalan mencoba mengerjai beberapa wisatawan yang lewat, termasuk kami, saya tahu mereka bersekongkol dengan permainan tebak dadu. Kami terus ke Timur melewati Berliner Fernsehturm sebuah menara stasiun televisi setinggi 200 meter yang dibangun sekitar tahun 1960an dan sekarang juga menjadi simbol penyatuan Jerman. Tidak jauh dari situ terdapat stasiun Berlin Alexanderplatz Bahnhof, disitulah kami makan siang. 
Tram di Berlin
Masjid Ayasofya
Setelah berkeliling sejenak di kawasan itu kami memutuskan untuk shalat dzuhur di Ayasofya Moschee, itu masjid terdekat menurut peta di handphone kami, terletak di bagian Barat kota menyebabkan kami harus naik kereta bawah tanah Berlin U-Bahn dari Alexanderplatz ke sana ke stasiun Birkenstr, selain itu, masjid itu juga dekat dengan terminal bus ZOB Reisebüro tempat pemberangkatan Flixbus tujuan Hamburg. Selesai shalat, kami lalu kembali naik U-Bahn di stasiun Birkenstr dan turun di Theodor-Heuss-Platz lalu jalan kaki ke terminal bus. Karena tidak mengerti tentang sistem tiket kereta U-Bahn itu, sejak dari Alexanderplatz tadi kami tidak beli tiket (tidak disarankan untuk ditiru), naik saja begitu, lagipula tak ada itu namanya gate masuk tempat biasanya tiket dimasukkan atau ditempelkan, tak ada petugas, entah bagaimana mereka mengaturnya, seperti tak diawasi.
Terminal bus ZOB Reiseburo
Kami harus menunggu di terminal itu, disini, di negeri orang ini, menunggu adalah lebih baik daripada kami ditinggal, paling tidak satu jam sebelum berangkat kami sudah tiba. Sekitar pukul lima sore bus tujuan Hamburg siap berangkat, kali ini kami antri paling depan siap berebut tempat duduk, seorang gadis muda sibuk mengabsen penumpang, dengan modal smartphone-nya ia men-scan barcode tiap tiket penumpang. Sebelum berangkat tadi kami sudah makan tidak jauh dari terminal itu, makan kebab dan kentang. Bus berangkat ke Hamburg dan di perkirakan butuh waktu tiga jam. 

Sampai di terminal ZOB Hamburg kami bergegas ke hotel, itu tidak jauh dari terminal. Sampai di hotel saya langsung mandi dan mengistirahatkan kaki yang pegal bersiap untuk besok berkeliling di kota Hamburg.

Stasiun Berliner Tor
Pagi yang berawan memayungi awal perjalanan kami di Hamburg. Kami berencana mulai berjalan dari pinggir kawasan pelabuhan lalu menuju pusat kota. Dari hotel kami hanya berjalan kaki ke stasiun Hamburg Berliner Tor, kali ini kami naik S-Bahn (kereta on the ground), kali ini kami beli tiket, harganya hanya 1,75 euro, stasiun tujuan kami adalah Hamburg Landungsbrücken di sisi sungai Norderelbe.
Di kawasan Bei den St. Pauli
Memandang ke Hafen City
Museum Rickmer Rickmers
Keluar dari stasiun Landungsbrücken kami langsung disuguhi pemandangan tepi sungai Elbe dan pelabuhan di sepanjang sisi sungai itu, tampak di sebelah timur adalah Hafen city dan Museum Rickmer Rickmers. Hafen City adalah kota di tengah sungai yang dirancang bukan menentang banjir namun cukup beradaptasi, makanya banyak bangunan tepi sungai di kota ini yang lantai bawahnya dipersiapkan untuk menerima banjir, disisi sungai dijadikan jalur pedestrian, sedang disisi lainnya bisa dijadikan parkiran kendaraan, model yang boleh ditiru kawasan pinggir sungai di Indonesia yang berlangganan dengan banjir.

Adaptasi bentuk bangunan di pinggir kanal Herrengrabenfleet kota Hamburg
Kami mulai menyusuri jalan Ditmar-Koel-Straße menuju pusat kota. Beberapa toko baru saja buka pagi itu, termasuk toko souvenir yang sukses menarik saya masuk dan menggoda untuk membeli beberapa pernik disana. Banyak sekali toko yang menegaskan Hamburg adalah kota pelabuhan di kawasan ini, beberapa menjual perlengkapan kapal, beberapa toko souvenir, café, pernak-pernik pelaut, barang antik peninggalan kapal, dan banyak lagi.
Di atas jembatan Graskellerbrucke
Kawasan belanja Neuer Wall
Bersantai di sisi Kleine Alster
Kawasan belanja di Rathaus
Kawasan Rathaus dengan latar Alter Wall
Kawasan Rathaus
Hamburg Townhall atau Rathaus
Kawasan belanja Mönckebergstrabe

Kami melewati taman Michelwiese lalu menyusuri sungai Herrengrabenfleet dan terus berjalan menuju pusat kota melewati jalan Nueur wall, kawasan belanja elit di Hamburg. Akhirnya kami sampai di pusat kota yang saat itu sedang ada pasar Christmas di depan Townhall. Ramai pengunjung siang itu. 

Kawasan Jungfernstieg
Waktu zuhur sudah masuk, saat nya mencari masjid, yang terdekat dengan terminal bus, kami menyusuri jalan Ballindamm dan terus berjalan ke arah stasiun pusat. Masjidnya terletak diantara ruko, tak kelihatan sebuah masjid jika dari luar, hanya sebuah papan nama tertempel di dinding luar bangunan itu.
Stasiun pusat kereta Hamburg 
Kawasan Munzplatz
Masjid Muhajirin tak jauh dari stasiun kereta Hamburg Central
Selesai shalat saatnya makan siang, makan apa? Doner kebab dan kentang, lagi, seperti biasa, kami beli di lantai bawah stasiun pusat itu, banyak yang antri, sepertinya enak, dan ternyata setelah kami nikmati memang enak, pantas ramai yang beli. Kami menikmati makan siang di kawasan Hamburg Central stasiun sambil memperhatikan lalu lalang orang, kenapa disini terlihat lebih ramai daripada Berlin kemarin, mungkin kami tidak menemukan kawasan yang ramai di Berlin kemarin. Setelah lelah kami lalu menuju ke terminal bus bersiap kembali ke Groningen. Itulah perjalanan liburan perdana kami melihat sejarah runtuhnya tembok Berlin hingga mampir sebentar di kota pelabuhan Hamburg.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cabut Bungsu

Saya baru tahu ada gigi yg baru tumbuh saat sudah kita dewasa. Gigi bungsu namanya. Letaknya paling belakang.  Dulu saya sering menghitung j...